Untuk Anak-anak yang Lupa pada Ibunya karya animagratia Coba kau ingat! Kapan terakhir kalinya kau bilang. “Mama, aku sayang Mama.” “Ibu, terima kasih telah memasak untukku setiap hari.” Kapan kau bilang seperti itu? Pasti sudah lama sekali atau bahkan tak pernah terucap sama sekali. “Apakah kau tahu? Kalau dia sangat mengkhawatirkanmu, setiap kali kau jauh [.DARINYA..]
Untuk Anak-anak yang Lupa pada Ibunya
karya animagratia
Coba kau ingat!
Kapan terakhir kalinya kau bilang.
“Mama, aku sayang Mama.”
“Ibu, terima kasih telah memasak untukku setiap hari.”
Kapan kau bilang seperti itu?
Pasti sudah lama sekali atau bahkan
tak pernah terucap sama sekali.
“Apakah kau tahu?
Kalau dia sangat mengkhawatirkanmu, setiap kali kau jauh darinya.
“Apakah kau tahu?
Dalam hatinya penuh doa yang tak pernah terhenti.
Apakah kau tahu?
Hatinya sangat risau kalau kau jauh darinya?
Apakah kau tahu?
Dia akan menangis jika keinginanmu tak dapat ia kabulkan.
Doanya untukmu tak pernah terhenti.
”Tuhan jaga anakku dari marabahaya, berikan dia penghidupan yang lebih baik.”
Itu hanya setitik doa yang selalu dia panjatkan untukmu.
Ungkapan hatinya adalah doa untukmu, anak-anaknya.
Dia tak meminta kebahagiaan buatnya pada Tuhan.
Yang selalu dia minta adalah kebahagiaan untukmu.
Harap-harap cemas selalu menghantuinya
Ketika kau belum pulang ke rumah.
Melihatmu pulang, ketenangan meruap dalam parasnya.
”Sudah makan, Nak, Ibu sudah memasak makanan kesukaanmu, makanlah.”
Begitu katanya saat kau pulang.
Apa jawabmu?
”Aku sudah makan, Bu. Makan pizza dengan teman-temanku, enak sekali.”
Andai kau bisa membuka hatinya. Segores luka tampak di hatinya.
Tapi dia tetap tersenyum.
Dia lalu berkata, ”Ya sudah kalau begitu, besok kamu masih bisa makan makanan kesukaanmu.”
Hati kecilnya, tentu ingin perhatian darimu.
Rapi kau tak menyadarinya.
Tahukah kamu?
Dia tak ingin intan berlian darimu.
Dia tak ingin emas permata darimu.
Yang dia ingin hanya kebahagiaanmu.
Pernahkah kau dengar?
Isak tangisnya tengah malam kala sembahyang.
Dia minta supaya Tuhan memberikan hidup bahagia untuk anaknya.
Dia tak pernah meminta keselamatan untuk dirinya, kebahagiaan untuk dirinya juga tidak.
Dia hanya minta untukmu, untukmu, dan untukmu.
Kabahagiaanmu adalah kebahagiaannya.
Anak-anak, bisakah kau mulai menengok?
Lihatlah! Betapa ibumu sangat menyayangimu melebihi dirinya sendiri!
Lihat! Peluh yang terus mengalir demi kebahagiaanmu!
Lihatlah! Kerut di wajahnya mulai kentara karena terlalu memikirkanmu!
Anak-anak.
Masih ada waktu untukmu berterima kasih padanya.
Masih ada waktu untukmu bersujud di kakinya.
Masih ada waktumu memanjakannya.
Masih ada waktumu untuk bersujud di kakinya.
Masih ada waktumu untuk bersimpuh di nisan ibumu (untuk yatim).
Segeralah! Masih ada waktu……….